Anak Pengumpul Rongsokan Kuliah Gratis di UGM Berkat Catur, Begini Kisahnya
Foto: Doc. UGM/Anak Pengumpul Rongsokan Kuliah Gratis di UGM Berkat Catur
Kuliah di universitas favorit menjadi impian bagi banyak siswa yang lulus sekolah menengah atas. Terlebih jika bisa kuliah gratis melalui jalur prestasi seperti yang terjadi pada siswi asal Pacitan, Jawa Timur.Siswa tersebut bernama Alza Nashua Shahira atau yang akrab dipanggil Alza. Dia berhasil lolos kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Tidak hanya kuliah gratis, Alza juga akan mendapatkan uang saku selama kuliah karena terdaftar KIP kuliah ini.
38 Piagam dan 17 Medali Catur
Meski lahir dari keluarga kurang mampu di mana ayahnya bekerja sebagai tukang serabutan dan pengumpul barang rongsokan, Alza memiliki bakat bidang olahraga catur yang patut diacungi jempol.
Pasalnya, sejak SD Alza sudah menyabet juara tingkat provinsi dan nasional. Prestasi itu terus berlanjut hingga di bangku SMA. Terhitung ada 38 piagam dan 17 medali yang telah dikumpulkan.
Berkat kemampuannya dalam olahraga catur ini, ia juga mendapatkan beasiswa dari pemerintah Kabupaten Pacitan.
Bahkan di bangku SMA ia diberi beasiswa oleh Pemkab Pacitan hingga lulus serta bonus sebagai atlet berprestasi Pacitan sebesar Rp 20 juta.
Tidak Melupakan Akademik
Ketekunan Alza dalam belajar tak hanya berkutat yang ia sukai saja, namun selama sekolah ia juga tidak melupakan kegiatan akademik.
Padahal, setiap malam ia latihan catur hingga 2-3 jam di sebuah klub catur di bawah binaan Percasi Pacitan. Dengan kesibukan itu, Alza tetap menyiasati waktu belajar di rumah setelah pulang dari latihan.
Ketekunannya pun membuahkan hasil karena tak hanya sering langganan juara catur, Alza juga tetap juara kelas.
Bahkan sejak di bangku sekolah dasar, ia selalu berada di ranking tiga besar. Hingga di SMA ia selalu mendapat rangking satu.
"Hanya di SMP nggak ranking, mungkin kebanyakan latihan catur," kata Alza dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (16/7).
Lolos SNMPTN UGM...
Lolos SNMPTN UGM 2022
Seperti menunjukkan jiwa muda yang patut ditiru semua generasi muda, Alza terus belajar dan berusaha dalam setiap langkah di hidupnya.
Hal itu ia tunjukkan saat pendaftaran jalur SNMPTN 2022, Alza memilih untuk kuliah di UGM. Padahal, awalnya ibunya sedikit keberatan jika ia harus kuliah di luar kota Pacitan karena pertimbangan faktor ekonomi keluarga yang hanya mampu mengumpulkan uang Rp 1,5 juta per bulan dari gaji sebagai buruh tukang dan pengumpul barang rongsokan.
Tidak Melupakan Akademik
Ketekunan Alza dalam belajar tak hanya berkutat yang ia sukai saja, namun selama sekolah ia juga tidak melupakan kegiatan akademik.
Padahal, setiap malam ia latihan catur hingga 2-3 jam di sebuah klub catur di bawah binaan Percasi Pacitan. Dengan kesibukan itu, Alza tetap menyiasati waktu belajar di rumah setelah pulang dari latihan.
Ketekunannya pun membuahkan hasil karena tak hanya sering langganan juara catur, Alza juga tetap juara kelas.
Bahkan sejak di bangku sekolah dasar, ia selalu berada di ranking tiga besar. Hingga di SMA ia selalu mendapat rangking satu.
"Hanya di SMP nggak ranking, mungkin kebanyakan latihan catur," kata Alza dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (16/7).
Lolos SNMPTN UGM...
Lolos SNMPTN UGM 2022
Seperti menunjukkan jiwa muda yang patut ditiru semua generasi muda, Alza terus belajar dan berusaha dalam setiap langkah di hidupnya.
Hal itu ia tunjukkan saat pendaftaran jalur SNMPTN 2022, Alza memilih untuk kuliah di UGM. Padahal, awalnya ibunya sedikit keberatan jika ia harus kuliah di luar kota Pacitan karena pertimbangan faktor ekonomi keluarga yang hanya mampu mengumpulkan uang Rp 1,5 juta per bulan dari gaji sebagai buruh tukang dan pengumpul barang rongsokan.
Namun, Alza meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia juga mendaftar Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Ia mengatakan agar ayah dan ibunya tidak perlu khawatir soal biaya kuliah maupun biaya hidup karena bantuan tersebut juga mendapat uang saku.
Selain itu, Alza juga meminta persetujuan dari kedua orang tuanya jika ia ingin mendaftar di prodi ilmu ekonomi FEB UGM. Bahkan, prodi itu satu-satunya yang ia pilih.
"Sejak dulu sukanya dengan ilmu ekonomi," ungkapnya.
Remaja putri berusia 18 tahun ini mengaku bangga bisa diterima kuliah di UGM.
"Nggak kebayang bisa masuk ke UGM. Nanti kan temannya lebih pintar dan wawasan lebih luas, semoga saya lebih baik lagi nantinya," harapnya.
Meski jago bermain catur, Alza mengaku nantinya akan aktif menekuni hobinya dalam bermain olahraga papan bidak tersebut. Apalagi di UGM memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Catur.
Ia mengatakan agar ayah dan ibunya tidak perlu khawatir soal biaya kuliah maupun biaya hidup karena bantuan tersebut juga mendapat uang saku.
Selain itu, Alza juga meminta persetujuan dari kedua orang tuanya jika ia ingin mendaftar di prodi ilmu ekonomi FEB UGM. Bahkan, prodi itu satu-satunya yang ia pilih.
"Sejak dulu sukanya dengan ilmu ekonomi," ungkapnya.
Remaja putri berusia 18 tahun ini mengaku bangga bisa diterima kuliah di UGM.
"Nggak kebayang bisa masuk ke UGM. Nanti kan temannya lebih pintar dan wawasan lebih luas, semoga saya lebih baik lagi nantinya," harapnya.
Meski jago bermain catur, Alza mengaku nantinya akan aktif menekuni hobinya dalam bermain olahraga papan bidak tersebut. Apalagi di UGM memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Catur.
"Tetap konsisten main catur, mungkin sudah terlanjur suka. Tapi ya nanti tetap fokus kuliah," pungkasnya.
Sementara itu, Ayah Alza, Ismanto mengaku senang dan bangga putrinya bisa kuliah. Ia tidak menyangka bisa menghantarkan Alza ke bangku perguruan tinggi.
"Saya ini syukurnya tak terhingga. Dulu kata orang, kalau nggak ada duit nggak bisa sekolah, namun anak saya membuktikan itu salah. Kekurangan duit justru bisa sekolah sesuai dengan kemampuan dia," ucapnya.
Begitu pun dengan Ibu Alza, Purwati. Menurutnya saat itu berdua dengan anaknya menunggu pengumuman kelulusan lewat internet yang dibuka di laptop kecil yang sering digunakan Alza untuk latihan catur online.
"Mak aku tutup layarnya pakai sajadah ya. Kalau centang biru berarti lulus. Kalau nggak, berarti nggak lulus. Saya sampai keluar ke depan rumah saking nggak mau lihat," kata Purwati saat bercerita.
Sebagai orang tua, Ismanto dan Purwati tidak berharap banyak pada Alza. Bisa kuliah di UGM saja ia mengaku bersyukur.
Namun ia berharap suatu saat nanti Alza bisa meningkatkan derajat kehidupan keluarganya yang selama ini dikenal dengan keluarga pengumpul rongsokan.
"Saya ini hanya tamatan SMP, ibunya lulus SMA. Sejak kecil tidak pernah minta-minta lebih ke orang tuanya. Tahu keadaan orang tua," tuturnya.
Sumber
Sementara itu, Ayah Alza, Ismanto mengaku senang dan bangga putrinya bisa kuliah. Ia tidak menyangka bisa menghantarkan Alza ke bangku perguruan tinggi.
"Saya ini syukurnya tak terhingga. Dulu kata orang, kalau nggak ada duit nggak bisa sekolah, namun anak saya membuktikan itu salah. Kekurangan duit justru bisa sekolah sesuai dengan kemampuan dia," ucapnya.
Begitu pun dengan Ibu Alza, Purwati. Menurutnya saat itu berdua dengan anaknya menunggu pengumuman kelulusan lewat internet yang dibuka di laptop kecil yang sering digunakan Alza untuk latihan catur online.
"Mak aku tutup layarnya pakai sajadah ya. Kalau centang biru berarti lulus. Kalau nggak, berarti nggak lulus. Saya sampai keluar ke depan rumah saking nggak mau lihat," kata Purwati saat bercerita.
Sebagai orang tua, Ismanto dan Purwati tidak berharap banyak pada Alza. Bisa kuliah di UGM saja ia mengaku bersyukur.
Namun ia berharap suatu saat nanti Alza bisa meningkatkan derajat kehidupan keluarganya yang selama ini dikenal dengan keluarga pengumpul rongsokan.
"Saya ini hanya tamatan SMP, ibunya lulus SMA. Sejak kecil tidak pernah minta-minta lebih ke orang tuanya. Tahu keadaan orang tua," tuturnya.
Sumber